Jumat, 19 September 2008

TRADISI MUDIK

TRADISI MUDIK


Salah satu tradisi yang sudah lama berkembang di Indonesia, setiap menjelang Lebaran Idul Fitri, adalah pulang kampung atau lebih dikenal dengan sebutan ‘MUDIK’. Sudah menjadi tradisi bagi warga Indonesia yang beragama Islam dan tinggal di perantauan untuk melakukan mudik lebaran. Rasanya tidak “klop” dan hambar jika lebaran tanpa pulang kampung, karena tidak enak rasanya jika berlebaran tanpa berkumpul dengan orang tua dan sanak saudara. Bagi pemudik, berdesak-desakan di dalam bus, kereta, terkena macet, berpanas-panas dan kehujanan adalah merupakan suatu hal yang menarik untuk diceritakan pada keluarga di kampung. Tradisi mudik ini sudah menjadi kebiasaan bagi warga yang merantau di daerah-daerah umumnya di kota besar.


Mudik merupakan tradisi tahunan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Banyak orang yang mencoba mencari penghidupan di kota-kota besar pulang ke kampung hanya pada saat Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Biasanya mereka mengunjungi orang tua dan melakukan ziarah serta mendo’akan nenek moyang mereka yang telah meninggal. Mudik juga merupakan salah satu terapi agar tetap eratnya tali persaudaraan diantara sanak famili. Dalam aspek spiritual, pulang ke kampung akan menimbulkan semangat baru, ketika seorang kembali lagi ke kehidupan kotanya.


Tradisi mudik yang mengiringi Idul Fitri sebenarnya merupakan refleksi kerinduan terhadap daerah tempat dilahirkan dan dibesarkan. Lebih dari itu juga merefleksikan keinginan bersilaturahmi serta berkumpul bersama saudara dan handai taulan, serta motivasi lain misalnya ingin menunjukkan keberhasilan hidup di kota. Itu menjadi faktor pendorong dan alasan bagi masyarakat untuk pulang kampung. Jadi singkatnya, tujuan utama mudik adalah bersilaturrahmi dengan sanak saudara setelah selama satu tahun tidak bertemu, bertegur sapa dan berbagi pengalaman dan rezki.


Bila kita amati sepuluh hari atau seminggu sebelum lebaran tiba, di terminal bis, stasiun kereta api, pelabuhan bahkan bandara sudah mulai dipadati para pemudik. Bahkan yang sedang ‘trend’ sekarang ini adalah mudik dengan kendaraan roda dua. Sungguh merupakan pemandangan yang pasti akan memberikan makna bagi pemudik dan bagi kita yang menyaksikan. Ribuan motor tiap hari konvoi dijalan raya, ada yang berlalu lintas dengan tertib, ada yang ugal-ugalan, ada yang diliputi kebahagiaan karena bisa mudik dengan berbagai keberhasilan dan tidak sedikit yang dihantui rasa penyesalan karena sewaktu mudik tidak membawa apa-apa. “Biar susah asalkan kita dapat merayakan lebaran”. Mungkin itu adalah slogan yang cocok untuk para pemudik.


By : Winda Aulia Febrianti

207400522

jurnalistik C/III

Tidak ada komentar: